10 Oktober 2014

Tarif Commuter Line Naik, Warga Resah

Wacana penaikan tarif angkutan massal commuter line meresahkan warga Bekasi. Padahal, setiap hari setidaknya ada 28 ribu penumpang yang memanfaatkan angkutan favorit itu. WARGA Bekasi yang merupakan peng guna setia KA commuter Jabodetabek atau sering disebut dengan KRL commuter line resah dengan wacana penaikan tarif yang akan diberlakukan PT Kereta Api Indonesia Commuter Jabodetabek (KCJ). Sebelumnya PT KJC pada 15 Oktober berencana menaikkan tarif dari semula Rp3.000 menjadi Rp5.000 untuk lima stasiun pertama. Selebihnya, tarif akan mengalami pertambahan Rp1.000 dari semula Rp500 per stasiun. Penaikan tarif itu dilakukan untuk meningkatkan fasilitas pelayanan kepada penumpang.

Pada awal pekan di Kementerian Perhubungan, Direktur Utama PT KCJ Tri Handoyo mengatakan peningkatan fasilitas yang dimaksud ialah perbaikan toilet, bangku tunggu penumpang, musala, dan penambahan armada. “Setelah kami melakukan perbaikanperbaikan di berbagai sisi, tarif pun disesuaikan,“ papar Tri dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Perhubungan.

Sementara itu, Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Hermanto Dwiatmoko mengatakan penaikan tarif commuter line dipengaruhi tarif dasar listrik dan nilai tukar dolar.

KA commuter Jabodetabek yang juga akrab disebut dengan kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek itu beroperasi sejak 1976 dan melayani rute di berbagai wilayah seperti DKI Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.

Anissa, 24, warga Jatimakmur, Jalan Wisma Ratu nomor 64, Kota Bekasi, mengatakan dirinya merasa kecewa dengan kebijakan yang akan diberlakukan PT Kereta Commuter Jabodetabek Jakarta. Dirinya kecewa jika harus membayar ongkos lebih mahal akibat penambahan gerbong yang dilakukan PT KCJ. “Kok jadi mahal, padahal saat ini commuter line ini jadi transportasi ekonomis andalan warga Bekasi,“ ungkapnya. Dirinya menuturkan jumlah penumpang yang naik commuter line setiap hari tidak pernah menurun, bahkan selalu meningkat.

Anissa bercerita dirinya dan beberapa penumpang lain membentuk komunitas agar bisa berangkat dan pulang bersamaan. “Kita sering janjian, kadang saling men carikan tempat duduk untuk salah satu dari kami yang belum datang. Pertemanan atau komunitas ini terbentuk karena kami hampir tiap hari bertemu di dalam commuter line,“ tuturnya.

Namun, keberatan lain juga diungkapkan Tamy, warga Perumahan Bulak Macan Permai, Bekasi Utara, Kota Bekasi. Dirinya mengungkapkan kekecewaan atas penaikan tarif yang akan diterapkan PT KCJ.

“Meskipun public service obligation (PSO) akan ditambah, tetap saja akhirnya penumpang yang akan terbebani,“ tukasnya.Belanja Penaikan tarif commuter line oleh PT Kereta Api Indonesia Commuter Jabodetabek direncanakan digunakan untuk membeli 120 gerbong kereta api. Menurut perhitungan sementara, penaikan tarif itu bisa mendorong pendapatan perusahaan sebanyak Rp109,5 miliar selama tiga bulan ke depan.

Lain dengan PT Kereta Api Indonesia Commuter Jabodetabek, Kementerian Perhubungan justru berencana menambah PSO untuk penumpang kereta listrik. Hal ini ditujukan untuk mengantisipasi gejolak harga lapangan.Dengan demikian, warga tidak akan terbebani dengan harga baru yang ditetapkan. “Warga hendaknya tidak panik sebab Kemenhub akan menambahkan subsidi yang semula hanya Rp1.000 per lima stasiun menjadi Rp3.000 dan Rp500 untuk stasiun berikutnya,“ ungkap Kepala Stasiun Bekasi Teguh Budiono kepada Media Indonesia, kemarin.

Ia menambahkan commuter line merupakan alat transportasi andalan ekonomis warga.“Sehingga daya tariknya amat besar. Kalau sampai tarifnya naik dan tidak mendapat subsidi yang cukup, ini amat membebani, apalagi di tengah imbauan pemerintah untuk memakai moda transportasi massal,“ tutupnya.

Tercatat sedikitnya 28 ribu penumpang commuter line ada di Stasiun Kota Bekasi tiap harinya. Untuk hari libur jumlah penumpang bisa mencapai 30 ribu orang lebih. (J-4) Media Indonesia, 9/10/2014, hal :9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar